Minggu, 21 Februari 2010

Anti TUMOR

Kini, tiap orang pasti tertegun dengan tokek. Betapa tidak, hewan berkulit totol-totol ini tiba-tiba jadi primadona di mana-mana. Di berbagai daerah di belahan negeri ini, orang sibuk berburu tokek. Ya, karena harganya yang melambung fantastis.  Tak hanya puluhan atau ratusan juta, bahkan tokek sudah dihargai miliaran per ekor.
Meski banyak yang meragukan tingginya harga jual tokek, tapi banyak pula yang percaya. Bagi yang tak percaya, mungkin mereka melihat fenomena tokek ini sama dengan bunga anturium yang juga melambung beberapa waktu lalu, tapi kini hilang tanpa kabar. Bagi yang percaya, mungkin sudah  pernah membuktikan sendiri. Bagi saya pribadi, sudah pernah menyaksikan transaksi tokek batu seharga Rp 1,3 miliar di Banjarmasin, Kalsel. Tokek batu asal hutan Kalimantan itu dibeli orang Samarinda seharga Rp 1,3 miliar cash. wow…

Nah, ini ada sedikit referensi dari koran terpercaya, untuk apa tokek itu. Jadi, bagi yang percaya silakan berburu, dan bagi yang belum percaya silakan simak tulisan berikut ini. Ini adalah berita dari kompas.com.

Sebuah penelitian mengidentifikasi bahwa binatang sejenis cicak yang disebut tokek dan sering digunakan dalam pengobatan tradisional China atau traditional Chinese medicine (TCM) memiliki efek anti-tumor.

Sifat anti-tumor ini ditunjukkan melalui kemampuan menghambat tumor dengan cara memperkuat energi tubuh. Tim yang diketuai Prof Wang dari Universitas Henan, China, menunjukkan bahwa zat aktif tokek tidak hanya meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh dari suatu organisme, tetapi juga menginduksi sel-sel tumor apoptosis (yang membunuh dirinya sendiri) serta menekan ekspresi protein VEGF dan bFGF, faktor pendukung berkembangnya kanker.

Kemoterapi—salah satu metode utama dalam pengobatan kanker yang kerap dilakukan para dokter saat ini—memiliki kelemahan karena tidak bisa selektif menyerang sel kanker sehingga memengaruhi zat antikanker itu sendiri, juga mengandung racun.

Pada 40 tahun terakhir ini, para ahli dari China telah mendapatkan dan menggunakan metode pengobatan kanker yang lebih efektif, yang diintegrasikan dengan TCM plus kemoterapi. Temuan-temuan tentang hal ini telah dipublikasikan setahun lalu pada 7 Juli 2008 di World Journal of Gastroenetrology (Jurnal Gastroenterologi).

Beberapa tulisan lain di beberapa media massa juga menyebut tokek punya banyak khasiat, mulai dari pengobatan kanker hingga obat AIDS. Yang jelas, saat ini beberapa peneliti dari berbagai dunia sedang meneliti khasiat lebih lanjut tentang tokek atau gecko ini. Jadi, mari kita sama-sama tunggu hasilnya. Semoga si tokek bisa membawa manfaat sebesar-besarnya bagi umat manusia dan kehidupan itu sendiri. Amin

Nah, masih ragu soal kedahsyatan harga tokek, atau malah jadi percaya kalau tokek itu dihargai sangat mahal. Silakan saja…

Tips Membesarkan TOKEK

Tiga bulan memelihara tokek, saya dapat banyak pengalaman baru. Salah satunya adalah anggapan bahwa tokek adalah hewan yang sangat mudah stress. Itu adalah benar adanya. Di rumah, saya memelihara sekitar 40 ekor tokek ukuran 1-2 ons.

Awalnya, saya memeliharanya di teras belakang rumah. Bagian atasnya ada atap sehingga tak kehujanan atau kepanasan. Selain itu, juga mudah untuk merawatnya. Sebulan pertama, saya tidak melihat adanya pertumbuhan yang cukup signifikan.  Besarnya ya segitu-gitu aja, nyaris tanpa ada pertumbuhan. Padahal, tiap hari saya beri makan jangkrik segar dan besar. Sekali seminggu, minumannya saya ganti dengan susu.

Untuk diketahui, saya dan keluarga banyak melakukan aktivitas di teras belakang rumah, dekat kandang tokek. Di tempat itu, kami biasa mencuci pakaian dan piring atau gelas kotor. Anak saya juga sering bermain di tempat itu, termasuk mandi. Kemungkinan besar, tokek saya stres sehingga tak bisa tumbuh subur.

Karena tak ada perubahan berarti, saya pun berpikir untuk mengubah sistem perawatan. Lalu saya coba buat satu kandang baru, berisi tiga ruang. Kandang itu saya letakkan di atas plafon rumah. Tempatnya hangat dan sepi. Suasananya pun seperti sebuah ruangan yang sudah lama tak ditempati, alias ruang kosong. Banyak debu dan baunya apek.

Saya berpikir, inilah tempat yang representatif untuk sang tokek. Yang jelas, tempat ini tak terjangkau keramaian anak saya, juga aktivitas harian lainnya. Di tempat ini, tokek bisa hidup dengan tenang, jauh dari kebisingan dan gangguan harian.

Kandang itu saya isi 6 ekor tokek ukuran sekitar 1,5 ons. Jadi masing-masing ruang ada dua ekor tokek. Soal makanan, semua tokek, baik yang di kandang bawah maupun di atas plafon, saya beri jenis dan jumlah yang sama. Ternyata, sebulan berikutnya, tokek yang ada di atas plafon ukurannya berubah jadi besar-besar. Untuk diketahui, tokek yang ada di atas plafon saya beri makan dua hari sekali, jadi relatif jarang terlihat orang.

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan tokek yang ada di teras belakang, bedanya jauh sekali. Tokek yang ada di atas plafon jauh lebih gemuk. Sekarang beratnya kira-kira di atas 2 ons. Sementara tokek yang ada di teras belakang beratnya masih sekitar 1,5 ons. Selain itu, tokek yang ada di atas plafon lebih agresif dan sehat. Atas keberhasilan itu, saya berniat membuat satu kandang lagi untuk mendongkrak pertubuhan tokek yang lain.

Nah, ini sekelumit pengalaman saya memelihara tokek, semoga bermanfaat untuk pembaca yang tertarik memelihara tokek. Selamat beternak…

Mendatangkan TOKEK dengan MANTRA

Ini pengalaman cukup unik. Saya punya seorang teman. Asalnya dari Jawa, tapi sudah lama menetap di Kalimantan. Kerjaannya tiap hari cuma nangkap tokek di berbagai penjuru daerah. Cuma, cara menangkapnya tidak sembarangan. Dia punya sejumlah mantra yang cukup ampuh. Jika mantranya telah dilepaskan, sejumlah tokek pun seolah datang mendekatinya. Tak peduli tokek itu ada di pohon besar dan tinggi, atau di tempat paling sulit ditangkap sekalipun. Saya pernah diajari mantra menangkap tokek itu, tapi saya tetap tidak bisa mempraktikkan.

Tak hanya itu, dia juga menggunakan hitung-hitungan (petung) cara Jawa. Jika dia akan beruru tokek, dia harus mencocokkan jam dan tanggal. Setelah hitung-hitungannya ketemu, lalu dia menentukan arah kemana akan berburu. Tak heran, dalam sehari dia bisa menangkap puluhan bahkan ratusan tokek. Hanya saja, dia tidak mau menangkap semua tokek. Yang masih kecil dilepasnya kembali, sedang yang besar dibawanya pulang.

Orang ini sangat yakin bahwa tokek bukanlah binatang sembarangan. Hewan ini sering berkolaborasi atau dimanfaatkan oleh makhluk gaib. Jadi, memperlakukan tokek juga tidak boleh sembarangan. Juga, untuk membawa dan menjualnya. Makanya, dia tidak sembarangan menjual tokeknya. Hanya kepada orang-orang yang dipercayanya saja dia memberikan tokeknya.

Pernah suatu hari, dia pamit untuk berburu tokek. Dengan uang seadanya, dia naik kapal dari Kalimantan menuju Jawa. Dia selalu kontak-kontakan dengan saya saat di lapangan. Setelah seharian naik kapal, dia pun langsung terjun ke lokasi yang diperkirakan banyak tokek. Tempat berburu favoritnya adalah pekuburan. Kuburan yang dianggap angker oleh masyarakat, justru dia lebih suka. Sebab, di tempat-tempat seperti itulah tokek lebih senang bersembunyi. Sesuai kodratnya, tokek adalah hewan yang tak suka tempat ramai, atau banyak orang. Jadi, di pekuburan (yang angker), dia bisa lebih tenang hidup. Karena di tempat itu jarang dijamah manusia. Hari pertama di Jawa, dia langsung kontak saya. Baru beberapa jam berburu, dia sudah mengantongi 24 tokek berukuran 2 ons up. Hari hari berikutnya, dia selalu menghabiskan waktu di pekuburan dan hutan-hutan kecil.

Soal keanehan tokek, saya juga sering mengalami. Pernah suatu hari, kawan saya seorang peternak tokek besar ingin memamerkan tokek antiknya kepada saya.Tokek itu hanya punya tiga kaki, yang belakang dua dan depan satu. Tokek itu ditaruh di kandang berukuran sekitar 40X60cm. Dalam kandang itu juga diletakkan sembilan tokek lain, jadi jumlahnya ada 10 ekor. Saat memberi makan tokek pada pagi hari, tokek itu masih ada. Tapi begitu siang hari, saat saya lihat di kandang itu, tokek itu menghilang. Kejadian itu cukup aneh, mengingat kandang itu cukup kecil dan terlihat bagian dalamnya secara jelas. Tak ada tempat persembunyian di dalam kandang itu. Dicek selama hampir satu jam, tokek itu tetap tidak muncul juga. Anehnya, tiba-tiba saja tokek itu muncul saat saya akan pergi.

Keanehan lain adalah tokek peliharaan saya terlihat tidak sehat, padahal makanan rutin diberikan. Pembuatan dan penempatan kandang juga cukup representatif. Tokek-tokek peliharaan itu, terlihat aneh. Terkadang terlihat seperti mati, tak ada tanda-tanda kehidupan. Tapi, beberapa waktu kemudian dia menghilang lagi di dalam kolong bambu di dalam kandang. Saya pun memberitahukan hal itu kepada teman saya yang pemburu tokek itu. Dia pun langsung paham. Saya disuruhnya memberi seutas tali dari sabut dan beberapa butir kacang hijau. Dia bilang, itu sebagai syarat agar tokek tidak dihinggapi makhluk halus. Benar saja, begitu saya ikuti sarannya, ternyata tokek-tokek saya langsung terlihat sehat-sehat. Tak hanya itu, tiga hari berikutnya, badannya terlihat lebih segar, sehat dan gemuk-gemuk. Tidak seperti sebelumnya, kulitnya pucat dan tidak aktif. Nah, jika Anda memelihara tokek, ada baiknya kandangnya diberi tali sabut dan kacang hijau mentah.

Meski ini bukan hal yang rasional, mengingat dua benda itu tidak ada hubungannya dengan makanan tokek, tapi tak ada salahnya dicoba. Toh harganya sangat terjangkau. Jadi tak ada salahnya dicoba. Selamat beternak tokek…